Oleh Djodjok Soepardjo (Arif Billah)
Bahasa adalah jendela budaya, dan sering kali kata yang terdengar sama di dua bahasa berbeda dapat membawa makna yang sama sekali tak berkaitan. Salah satu contohnya adalah kata “gara-gara” dalam bahasa Indonesia dan kata serupa bunyinya dalam bahasa Jepang seperti がらがら (garagara) atau bentuk kata ~がら (~gara). Walaupun fonetiknya mirip, keduanya memiliki akar sejarah, fungsi, dan nuansa yang sepenuhnya berbeda.
1. “Gara-gara” dalam Bahasa Indonesia
Dalam bahasa Indonesia, gara-gara adalah kata keterangan yang menyatakan sebab atau alasan terjadinya suatu hal, biasanya bernuansa negatif atau tidak diinginkan. Kata ini sering digunakan dalam konteks informal hingga semi-formal, dan kerap membawa konotasi menyalahkan atau menyoroti penyebab yang dianggap merepotkan.
Contoh penggunaan:
- Gara-gara hujan deras, pertandingan dibatalkan.
- Aku terlambat gara-gara macet.
Secara etimologis, kemungkinan besar gara-gara berasal dari bahasa Melayu lama atau pengaruh bahasa Jawa (gara-gara dalam bahasa Jawa berarti “kekacauan” atau “peristiwa kacau”), lalu berkembang menjadi makna “penyebab kekacauan” dan akhirnya menjadi “penyebab” secara umum.
2. Kata serupa dalam Bahasa Jepang
Dalam bahasa Jepang, bunyi “gara-gara” memang ada, tetapi bukan berarti “penyebab”. Ada dua hal berbeda yang perlu dibedakan:
a. がらがら (garagara) – onomatope
Ini adalah kata tiruan bunyi dan keadaan yang artinya tergantung konteks, misalnya:
- Suara keras sesuatu yang berderak atau bergemerincing (pintu geser dibuka, kereta lewat, dll.)
ドアをがらがらと開ける。
(Doa o garagara to akeru.) – Membuka pintu dengan suara berderak keras.
- Keadaan sepi atau kosong (biasanya untuk tempat umum)
店はがらがらだ。
(Mise wa garagara da.) – Toko sepi sekali (tidak ada pengunjung).
b. ~がら (~gara) – akhiran kata benda
Bentuk ~gara bukan onomatope, melainkan akhiran nomina yang berarti pola, corak, atau tipe orang/karakter.
- 花柄のシャツ (hana-gara no shatsu) – kemeja bermotif bunga
- 大人柄 (otona-gara) – sifat seperti orang dewasa
3. Perbedaan utama
| Aspek | Bahasa Indonesia: “gara-gara” | Bahasa Jepang: “garagara” / “~gara” |
| Makna | Penyebab (biasanya negatif) | Onomatope bunyi/sepi, atau pola/tipe |
| Fungsi | Kata keterangan | Kata sifat-mimetic atau akhiran nomina |
| Nuansa | Kasual, kadang menyalahkan | Netral, deskriptif |
| Etimologi | Dari Jawa/Melayu (arti “kacau”) | Asli Jepang, terkait mimetik & deskripsi visual |
4. Potensi Salah Paham
Pembelajar bahasa yang mendengar “gara-gara” di Jepang mungkin terkejut ketika mengetahui artinya sama sekali bukan “karena”. Sebaliknya, penutur Jepang yang belajar bahasa Indonesia bisa keliru mengira “gara-gara” berarti “kosong” atau “sepi” jika hanya mengandalkan bunyi.
5. Penutup
Kata-kata yang terdengar sama di dua bahasa sering menjadi jembatan humor sekaligus tantangan bagi pembelajar. “Gara-gara” di Indonesia dan “garagara” di Jepang adalah contoh bahwa persamaan bunyi tidak menjamin kesamaan makna. Fenomena ini mengingatkan kita bahwa memahami bahasa tidak cukup hanya dengan menghafal bunyi dan arti lepas; konteks, budaya, dan sejarah kata turut membentuk makna sesungguhnya.
6. Tabel Perbandingan Lengkap “Gara-gara” Indonesia vs. Jepang
| Bahasa | Bentuk | Makna Utama | Contoh Kalimat | Terjemahan Kalimat |
| Indonesia | gara-gara | Menunjukkan sebab (biasanya negatif) | Gara-gara hujan deras, acara sekolah ditunda. | Because of heavy rain, the school event was postponed. |
| Jepang | がらがら (garagara) | Suara keras berderak/bergemerincing | ドアをがらがらと開ける。 (Doa o garagara to akeru.) |
Open the door with a loud rattling sound. |
| Jepang | がらがら (garagara) | Keadaan kosong atau sepi | 映画館はがらがらだ。 (Eigakan wa garagara da.) |
The cinema is empty. |
| Jepang | ~柄 (~gara) | Pola atau motif | 花柄のシャツが好きです。 (Hana-gara no shatsu ga suki desu.) |
I like floral-patterned shirts. |
| Jepang | ~柄 (~gara) | Sifat atau tipe orang | 彼は真面目な柄だ。 (Kare wa majime na gara da.) |
He is the serious type of person. |