“Hore” sesuai untuk menyatakan kata seru, kemenangan, sambutan kegembiraan dan dorongan semangat.
Banzai adalah kata yang dapat dirasakan yang harus menyertai suatu kepentingan dan digunakan dalam komik dan anekdot yang banyak terdapat di bagian Eropa barat mengenai perang pasifik. Contohnya pada anggota pilot kamikaze, keringat yang menetes di wajah dan ikat kepala yang mengikat di dahinya, mengatakan sesuatu ketika saat itu hendak melakukan serangan bunuh diri dengan membenturkan pesawatnya pada badan pesawat musuh dengan meneriakkan seruan “banzai” itu. Sampai sekarangpun, teriakkan garang itu, dalam kebanyakan orang Eropa barat, imajinasi masyarakatnya dibangkitkan kalau dia suka berperang selama masa perang Jepang, dan berhubungan erat dengan geisha sampai dengan harakiri, keduanya adalah satu dari bahasa Jepang yang jumlahnya tidak sedikit yang telah menjadi bahasa sehari-hari orang Eropa barat.
Tetapi meskipun demikian, orang barat masih punya sebuah salah pengertian terhadap Jepang mengenai konsep “banzai” tersebut, bahwa kata ini bukan hanya lebih dulu muncul dalam perkembangan bahasa Jepang [kata ini adalah kata yang dilahirkan di China]. Kata ini sebenarnya memiliki arti “semoga panjang umur”, kebanyakan dari kita harus takjub, bila pengertian ini masuk ke dalam hati seseorang yang lembut dia akan lebih merasa terkesan. Disamping kita mengetahui pekik “banzai” di medan perang, sedikit sekali orang yang tahu penggunaannya di masa yang damai ini. Beberapa tahun yang lalu, saya menyertai seorang teman yang melakukan perjalanan dengan kereta yang bekerja di Universitas tempat saya bekerja sebagai pengajar, dari Tokyo sampai ke stasiun Nagoya dan terdengar gemuruh teriakan banzai 3 kali dari peron di bagian yang berlawanan, dan selalu diperhatikan kereta itu adalah kereta yang menuju ke Tokyo. Dengan segera dia maju, tepat ditengah gerombolan itu dia berdiri dengan gemetar dan tak berdaya , mulutnya menganga sambil menatap tajam ke arah itu, akan tetapi akhirnya, dia mulai menanyakan pertanyaan lucu. Akan tetapi ada keanehan di matanya itu. “Tuan, masa sih, gerombolan itu setelah ini……..?”
Tidakkah lucu melihat wajahnya nampak jelas kebingungan dalam mencari jawaban, pria sopan warga Jepang berumur yang sendirian, tanpa rasa malu mendekati dan tersenyum menaruh kasihan padanya, dan dia memberitahu bahwa orang-orang itu mengantar temannya yang akan pindah ke kantor Tokyo perusahaan mereka yang disebut kantor pusat bersama-sama teriak banzai 3 kali untuk merayakan kenaikan pangkatnya [pindah kerja ke ibukota pasti untuk promosi jabatan], dan untuk mendoakan agar kehidupannya yang akan datang mulai penuh dengan kebahagiaan.
Walaupun begitu, teman saya meragukan penjelasan ini. Sambil menuruni tangga stasiun, dia menyesal dan masih tidak dapat mengerti, dengan alasan apakah orang dengan iringan suara pekik medan perang pergi menuju Tokyo.
SUMBER DATA : Jene Rene Choller